Pelatihan CSR | Jadwal Pelatihan CSR 2015

kelapa sawitIsu lingkungan di media massa baru sebatas pengungkapan kasus. Padahal, peliputan mengenai hubungan lingkungan hidup dengan lingkungan sosial juga menarik untuk diekspose.Hal ini disampaikan pembicara dari Society of Indonesian Enviromental Journalist (SIEJ) I GG Maha Adi dalam diskusi forum peduli lingkungan yang diadakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung di Gedung Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), Bandar Lampung, Jumat (8/1/2015).”Sehingga jika tidak ada kasus, pemberitaan mengenai lingkungan otomatis berhenti. Padahal, tidak begitu juga,” kata Adi.

Ia mencontohkan, bukit yang banyak pohonnya belum tentu mampu menahan banjir ataupun longsor. Karena jika pohon-pohonnya hanya dari jenis ekonomis, belum tentu kuat tahan banjir. “Ini yang bisa disorot dan menjadi fokus peliputan. Kenapa hanya tanaman bernilai ekonomis yang ditanam,” ujarnya.

Adi juga mengungkapkan masih sangat jarang peliputan isu lingkungan menghubungkan antara lingkungan hidup dengan lingkungan sosial. “Misalnya pembangunan mal yang pasti lahan parkir sama besarnya dengan mal. Ini pasti berhubungan dengan kondisi lingkungan sosial di sekitarnya,” kata dia dalam diskusi yang dihadiri oleh Walhi, Mitra Bentala, Kawan Tani, dan beberapa jurnalis dari media di Lampung ini.

Sebenarnya, tambahnya, justru ini yang sangat menarik untuk diangkat. Keduanya bisa dihubungkan. “Apa pengaruhnya dan apa hubungannya serta dampaknya,” kata dia.

Pembicara dari Langit Sapta, Saptarini, mengkritisi kegiatan corporate social responsibility (CSR) perusahaan yang selalu dihubungkan dengan angka dan nominal uang. “Selama ini CSR selalu dinilai dengan nominal uang. Bahkan jadi semacam ladang uang untuk pihak-pihak tertentu,” kata Saptarini.

Ia menambahkan, hal ini lantaran CSR sudah melenceng dari pengertian sebenarnya. Besarnya sebuah acara yang dilakukan perusahaan bukan berarti CSR jika tidak melakukan kegiatan yang berkaitan dengan keberlangsungan usahanya. Pun begitu sebuah perusahaan belum bisa dikatakan melakukan CSR jika masih melanggar etika bisnis ataupun tidak taat hukum, misalnya melanggar UU Lingkungan.

“Jangan terpancing dengan perusahaan yang membuat acara besar-besaran dan menyebutnya CSR,” ujarnya. CSR pun tidak melulu terkait masalah lingkungan hidup. Tetapi juga bisa terkait hak asasi manusia (HAM) bahkan korupsi.

“Untuk itu, perlu disamakan terlebih dahulu persepsi tentang CSR antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat. Karena CSR ini juga berkaitan dengan keberlangsungan perusahaan,” kata dia.

Terkait CSR ini, Supriyanto dari Mitra Bentala mengatakan pelaksanaan CSR perusahaan-perusahaan di Lampung sudah berkembang ke arah yang lebih baik. Namun, perlu diperjelas lagi mengenai mengenai keseimbangan antara keuntungan perusahaan dan pemerintah dengan CSR yang diberikan kepada masyarakat. (tpj)

Pelatihancsr.com dikelola oleh PT Kirana Adhirajasa Indonesia, merupakan lembaga yang turut konsen dalam pengembangan SDM dan pengembangan program-program CSR. Ditahun 2015, pelatihanCSR.com menyediakan beberapa program-program pelatihan sesuai kebutuhan perusahaan dalam rangka mengembangkan CSR. Informasi selengkapnya dapat diakses dan didownload pada jadwal pelatihan sebagai berikut :

Jadwal Pelatihan Corporate Social Responbility CSR 2015 2