Tak terasa wabah virus korona sudah memasuki bulan kedua di Indonesia. Wabah ini telah menyebabkan banyak perubahan perilaku baik bagi individu, masyarakat, pemerintah maupun perusahaan baik yang positif maupun yang negatif.

Perilaku yang negatif bisa kita saksikan mulai dari awal wabah ini merebak di Wuhan China. Reaksi secara berlebihan ditunjukkan warga di kepulauan Riau yang menolak pemulangan warga negara Indonesia dari Wuhan China untuk diisolasi diwilayah mereka selama 14 hari dengan alasan takut tertular virus tersebut.

Contoh yang paling akhir adalah terjadi di kabupaten Banyumas, Sumedang dan Kota Makasar dimana warganya menolak korban meninggal akibat virus Korona dimakamkan di wilayah mereka.

Selain perilaku negatif, yang menarik adalah munculnya perilaku positif yang tidak dikomandi, datang secara impulsif, yaitu berupa rasa kesetiakawanan, kebersamaan,  welas asih, kebangsaan dan persatuan.

Tiba-tiba muncul sikap dermawan dari individu, pemerintah masyarakat maupun industri dan atau pengusaha.

Tumbuh gerakan swadaya berupa mengumpulkan donasi untuk kelompok rentan, menggratiskan beberapa layanan yang selama ini berbayar, membuat masker dengan harga murah bahkan menyubangkannya secara gratis, tak ketinggalan beberapa perusahaan menggelontorkan miliaran rupiah untuk mengatasi wabah virus Korona.

Dimedia sosial juga banyak anjuran bahkan tindakan untuk membantu beberapa kelompok masyarakat yang membutuhkan.

Tanggung Jawab Sosial Perusahaan

Lalu apa bedanya gerakan ini dengan gerakan CSR atau yang sering disebut dengan corporate social responsibility?

Seperti yang banyak diketahui CSR merupakan upaya perusahaan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif terkait dengan program dan kegiatannya atau terkait dengan operasi perusahaan.

Misalnya dampak negatif akibat operasi perusahaan yaitu limbah, upaya perusahaan memasang unit pengolah limbah atau UPL merupakan bentuk CSR.

Yang memaksimalkan dampak positif contohnya  adalah keberadaan perusahaan di suatu wilayah bisa menimbulkan kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi warga sekitar termasuk juga kesempatan untuk mengakses kesehatan dan pendidikan.

Social responsibility biasanya ditujukan kepada pemegang saham, konsumen, tenaga kerja, masyarakat dan lingkungan.

Jika dilihat dari sasarannya maka minimal ada tiga sasaran yang utama dari kegiatan CSR yaitu people planet dan profit.

Keberadaan perusahaan harus menimbulkan eksternalitas positif buat manusia, buat planet dan buat perusahaan dalam hal ini adalah profit atau keuntungan ekonomi bagi masyarakat.

Praktek yang salah

CSR adalah kegiatan sosial, bukan kegiatan untuk mendatangkan untung bagi perusahaan.

CSR adalah bagian tak terpisahkan dari perusahaan apakah perusahaan itu untung atau tidak.

Ketika perusahaan berdiri, wajib hukumnya untuk menyelenggarakan CSR sebagai bentuk tanggung jawabnya.

Setiap perusahaan meskipun perusahaan baru, harus memasukkan program CSR ini dalam operasi perusahaan, dan itu seharusnya tercermin dalam laporan anggaran belanja perusahaan berupa pos pengeluaran yang bernama CSR.

Praktek yang banyak terjadi adalah CSR diperlakukan sebagai konsekuensi dari operasi perusahaan.

Kalau perusahaan untung baru ada program CSR, yang biasanya diambilkan beberapa persen dari keuntungan perusahaan di tahun setelah perusahaan itu beroperasi.

Bahkan yang lebih menyedihkan lagi CSR dipakai perusahaan untuk mendatangkan keuntungan, untuk promosi perusahaan yang ujung-ujungnya nya untuk keuntungan perusahaan semata. CSR dipakai sebagai alat promosi perusahaan.

Tindak lanjut

Lalu bagaimana seharusnya perusahaan menyikapi ini?

CSR adalah ketulusan, penghormatan, penghargaan dan ucapan terima kasih atas beroperasinya perusahaan.

CSR adalah kesungguhan hati untuk membantu dan bermakna bagi lingkungannya, bukan lamis dan bukan hanya dibibir saja.

Program itu harus muncul dari dalam diri pemilik dan pengelola atas prinsip kebaikan, pertolongan dan kemanusiaan.

Itu adalah filosofi mendasar untuk menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan.

Secara konseptual ada beberapa acuan yang bisa dipakai untuk menjalankan program pertanggungjawaban sosial ini.

Pertama adalah teori kemurahan. Ada nilai bijak bahwa orang yang bermurah hati sedang berbuat baik pada dirinya sendiri.

Jika perbuatan baik ini dilakukan oleh owner dan manajer secara pribadi dan merupakan bentuk kemurahan, sebenarnya mereka sudah berbuat baik pada dirinya sendiri.

Ketika wabah Korona ini menimbulkan musibah bagi kelompok rentan, saatnya owner dan manajer serta worker untuk bermurah hati dengan cara membantu kelompok rentan yang sedang mengalami musibah.

Minimal sekali adalah membantu tenaga kerja yang ada di perusahaan kita, itu adalah bentuk kemurahan hati yang paling minimal.

Teori  kedua yang bisa dipakai adalah teori filantropi atau teori kemanusiaan.

Kita membantu masyarakat yang terkena musibah Korona karena rasa kemanusiaan yang tumbuh dalam diri kita, dimana ada rasa belas kasihan karena sesama manusia yang menderita.

Individu sebagai wujud dari perusahaan juga perlu memiliki rasa kemanusiaan ini yang diwujudkan dalam bantuan kepada korban musibah Korona.

Yang ketiga adalah teori organisasi.

Dalam teori ini menekankan peran organisasi yang terwujud dalam visi misi organisasi dalam program kemanusiaan atau kemasyarakatan.

Berbasis visi misinya perusahaan, bisa membuat program dan kegiatan yang mengarah pada upaya pertanggungjawaban sosial, baik kepada pelanggan, pekerja, masyarakat, pemerintah, maupun lingkungan, termasuk musibah akibat wabah virus Korona.

Wabah virus Korona bisa digunakan sebagai alat ukur nilai CSR kita.

Mana yang terbaik dipakai?

Tiga-tiganya bisa kita pakai bahkan secara sekaligus bisa kita terapkan.

Bisa di mulai dari individu, baik sebagai perorangan maupun individu sebagai owner atau manajer bahkan pekerja.

Yang paling mudah dilakukan adalah bertanggung jawab terhadap karyawan.

Jika itu dilakukan oleh sebuah perusahaan dan diikuti oleh seluruh perusahaan yang ada maka musibah virus Korona bisa ditanggung bersama-sama, tidak hanya melulu mengharapkan anggaran dari pemerintah.

Apalagi kalau perusahaan bisa menggalang relasinya sebagai kekuatan besar untuk melawan virus Korona secara bersama-sama, sesuai kapasitas dan kapabiltas perusahaan. Semoga.