Pelatihan CSR | Training CSR | Program CSR | Corporate Social Responsibility
Volume air sejumlah sumur warga di sejumlah wilayah kota Yogyakarta diketahui menyusut dan mengering beberapa waktu terakhir ini. Hal itu tidak terlepas karena debit air tanah di banyak daerah yang memang mengalami penurunan pada musim kemarau ini. Meski mengaku tidak memiliki data terkait hal tersebut, Badan Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta sendiri tak menampik adanya temuan sumur warga yang mengering tersebut. “Kita memang tidak memiliki tupoksi perihal sumur-sumur warga, karena tupoksi kita lebih pada sumur jenis dalam seperti yang dimiliki badan usaha misalnya hotel ,” ujar Kepala Subbidang Pengawasan dan Pengendalian Lingkungan BLH Yogyakarta Very Tri Jatmiko.
Selain dapat memperdalam sumur pribadi masing-masing, warga yang tinggal di sekitar hotel maupun usaha lain yang memiliki sumur jenis dalam sebenarnya dikatakan Very juga dapat ikut memanfaatkan air tanah secara bersama-sama. Pasalnya sesuai ketentuan, badan usaha seperti hotel memiliki tanggung jawab lewat Corporate Social Responsibility (CSR) untuk memberikan penyediaan air sebesar 10 persen dari jumlah air yang diambil dari tanah lewat sumur dalamnya.
“Namun memang belum banyak perusahaan yang melakukan hal itu. Masyarakat yang tinggal di sekitar peusahaan yang memiliki sumur dalam sendiri, kebanyakan juga tidak semuanya tahu mereka sebenarnya memiliki hak memanfaatkan 10 persen air tanah tersebut,” katanya.
Karena itu ia menilai komunikasi antar warga sekitar dan pemilik usaha menjadi sangat penting dan diperlukan. Baik itu melalui sosialisasi saat sebelum pengeboran ataupun bentuk-bentuk komunikasi lainnya. Misalnya hal itu dapat dilakukan dengan menyediakan kran air bagi warga sekitar.
“Untuk data berapa jumlah perusahaan yang sudah melaksanakan CSR yakni membagi 10 persen air tanah dalam untuk warga sekitarnya itu, kita memang tidak punya data pasti. Namun yang jelas memang belum semua perusahaan melakukannya,” katanya. (M-5)
Tinggalkan Balasan