Pelatihan CSR| Diklat CSR – Bos Mayapada Group Indonesia, Dato Sri Prof Dr Tahir, mengaku tidak percaya pada program corporate social responsibility (CSR) mampu mengurai sengkarut pendidikan. Menurut dia, CSR sekadar program rutin perusahaan dengan menonjolkan hitungan matematis nominal uang yang diambilkan dari keuntungan.Dirinya percaya pada semangat memberi tanpa didasari untung-rugi perusahaan. Ia yakin, cara ini bisa lebih membantu dan tepat sasaran.
“Saya lebih percaya dengan jiwa filantropis. Filantropis tidak bisa dilihat hanya sekadar untung-rugi perusahaan, tapi konsistensi dan komitmen,” kata Tahir di sela pemberian beasiswa dari Mayapada Grup senilai Rp 2,5 miliar untuk Universitas Kristen Petra, Surabaya, Selasa, 13 Mei 2014.
Tahir merasa sumbangan sosial di dunia pendidikan tidak mempengaruhi keuntungan kerajaan bisnisnya. Semakin besar sumbangan sosial, Tahir yakin keuntungan yang diperoleh juga semakin banyak, baik materi maupun nonmateri.
Bagi dia, kekayaan tidak harus diwariskan semua kepada keturunan. Di Amerika Serikat, menurut dia, warisan hanya diberikan 5 persen dari total kekayaan. Karena itu, Tahir merasa tidak butuh menumpuk harta demi warisan keluarga. “Saya belum lihat ada orang menyumbang uang karena belas kasihan dan usahanya bangkrut. Saya akan berhenti jika Tuhan katakan stop,” ujarnya.
Selain UK Petra, Tahir juga mendermakan sebagian kekayaannya untuk program beasiswa di Universitas Indonesia, Universitas Sumatera Utara, Institut Teknologi Bandung, Universitas Diponegoro, dan sejumlah perguruan tinggi negeri lain. Tahir mengklaim UK Petra merupakan kampus swasta pertama di Indonesia yang memperoleh beasiswa dari dirinya. Dia mengaku pernah kuliah di Jurusan Teknik Sipil UK Petra pada 1970. “Hanya satu tahun, lalu keluar, karena dapat beasiswa di Singapura,” katanya.
Ia berharap beasiswa Rp 2,5 miliar ini bisa tepat sasaran. Khususnya bagi mahasiswa yang kurang mampu tapi punya prestasi. “Tidak harus juara satu, asalkan rajin dan dari keluarga miskin harus dapat beasiswa,” kata Tahir.
Rektor UK Petra Rolly Intan mengatakan belum merancang konsep beasiswa dari sumbangan bos Mayapada Group itu. Pihaknya sedang mengusulkan dua konsep, yakni beasiswa penuh dan setengah. Nama program beasiswa juga belum dibicarakan lebih lanjut. Bila program mencatut nama si pemberi beasiswa, kata Rolly, ada konsekuensi kontinuitas program beasiswa.
UK Petra sendiri setiap tahun mengeluarkan Rp 3,5 miliar untuk program beasiswa setengah bagi mahasiswa kurang mampu. “Saya ingin ini terus berlanjut. Tidak hanya Rp 2,5 miliar lalu berhenti. Selanjutnya, bisa Rp 200 juta asalkan kontinu,” kata Rolly.
Tinggalkan Balasan