Aerial View of Hong KongPelatihan CSR- Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) disebut tak lagi menjadi program pencitraan positif bagi korporasi. Program ini juga bukan cuma bagi-bagi uang ke masyarakat.”(Tren) perubahan perspektif itu semakin penting dipahami, (baik) oleh perusahaan swasta maupun Badan Usaha Milik Negara,” ujar General Manager CSR Holcim Indonesia Ummu A Mukarnawati, Rabu (5/4/2017).Berbicara dalam dialog “Strategi dan Inovasi CSR” di Balai Kartini, Ummu pun bertutur perusahaannya memilih mengembangkan kompetensi masyarakat untuk CSR.”Komunitas masyarakat lebih suka menerima bantuan uang tunai. Namun, itu kami hindari. Kami mencoba mengeksplorasi sumbangsih apa yang bermanfaat untuk masyarakat setempat,” tutur Ummu tentang pilihan itu.

Saat beberapa tahun lalu perusahaan itu mulai mengoperasikan pabrik di Tuban, Jawa Timur, misalnya, CSR pendidikan jadi pilihan.

“Pemberdayaan masyarakat sekitar pabrik akan memunculkan talenta terbaik dan bermanfaat saat pabrik telah beroperasi. Pandangan bahwa masyarakat setempat hanya akan jadi penonton pun terhapus dengan adanya program CSR,” papar Ummu.

Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi R Gunung Sardjono Hadi, dalam kesempatan yang sama mengatakan, CSR berupa gelontoran dana sudah mulai ditinggalkan.

“CSR kini berfungsi membuat masyarakat mandiri dan bisnis perusahaan tak terkendala,” kata Gunung.

Menurut Gunung, perusahaannya dulu acap kali kesulitan menemukan tenaga terampil untuk proyek di luar Pulau Jawa. Akibatnya, perusahaan harus mendatangkan tenaga kerja dari Pulau Jawa.

“Di situlah peran CSR untuk pemberdayaan masyarakat setempat,” ujar Gunung.

Adapun Direktur Keuangan PT Bukit Asam (Persero) Tbk Achmad Sudarto mengangkat contoh kehadiran program BUMN Peduli sebagai wujud tren perubahan paradigma soal CSR.

“Itu merupakan program CSR lintas BUMN dalam bentuk pasar murah, bedah rumah, dan lain-lain,” ungkap Sudarto.

Dialog ini merupakan bagian dari acara penghargaan Top CSR 2017 yang digelar BusinessNews Indonesia. Ajang itu diikuti 117 perusahaan dari berbagai sektor industri.

Penentuan penerima penghargaan CSR ini mengacu pada tiga kriteria, yaitu ISO 26000, strategi bisnis, dan praktik tata kelola perusahaan yang baik. (*)

Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) disebut tak lagi menjadi program pencitraan positif bagi korporasi. Program ini juga bukan cuma bagi-bagi uang ke masyarakat.

“(Tren) perubahan perspektif itu semakin penting dipahami, (baik) oleh perusahaan swasta maupun Badan Usaha Milik Negara,” ujar General Manager CSR Holcim Indonesia Ummu A Mukarnawati, Rabu (5/4/2017).

Berbicara dalam dialog “Strategi dan Inovasi CSR” di Balai Kartini, Ummu pun bertutur perusahaannya memilih mengembangkan kompetensi masyarakat untuk CSR.

“Komunitas masyarakat lebih suka menerima bantuan uang tunai. Namun, itu kami hindari. Kami mencoba mengeksplorasi sumbangsih apa yang bermanfaat untuk masyarakat setempat,” tutur Ummu tentang pilihan itu.

Saat beberapa tahun lalu perusahaan itu mulai mengoperasikan pabrik di Tuban, Jawa Timur, misalnya, CSR pendidikan jadi pilihan.

“Pemberdayaan masyarakat sekitar pabrik akan memunculkan talenta terbaik dan bermanfaat saat pabrik telah beroperasi. Pandangan bahwa masyarakat setempat hanya akan jadi penonton pun terhapus dengan adanya program CSR,” papar Ummu.

Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energi R Gunung Sardjono Hadi, dalam kesempatan yang sama mengatakan, CSR berupa gelontoran dana sudah mulai ditinggalkan.

“CSR kini berfungsi membuat masyarakat mandiri dan bisnis perusahaan tak terkendala,” kata Gunung.

Menurut Gunung, perusahaannya dulu acap kali kesulitan menemukan tenaga terampil untuk proyek di luar Pulau Jawa. Akibatnya, perusahaan harus mendatangkan tenaga kerja dari Pulau Jawa.

“Di situlah peran CSR untuk pemberdayaan masyarakat setempat,” ujar Gunung.

Adapun Direktur Keuangan PT Bukit Asam (Persero) Tbk Achmad Sudarto mengangkat contoh kehadiran program BUMN Peduli sebagai wujud tren perubahan paradigma soal CSR.

“Itu merupakan program CSR lintas BUMN dalam bentuk pasar murah, bedah rumah, dan lain-lain,” ungkap Sudarto.

Dialog ini merupakan bagian dari acara penghargaan Top CSR 2017 yang digelar BusinessNews Indonesia. Ajang itu diikuti 117 perusahaan dari berbagai sektor industri.

Penentuan penerima penghargaan CSR ini mengacu pada tiga kriteria, yaitu ISO 26000, strategi bisnis, dan praktik tata kelola perusahaan yang baik. (*)