Pelatihan CSR – Setelah menjadi perusahaan terbuka pada 2012, perusahaan rokok PT Wismilak Inti Makmur Tbk menjalankan program CSR (corporate social responsibility) yang berkelanjutan. Product Group Manager Wismilak, Edric Chandra, menuturkan, perusahaannya menjalankan lima pondasi dasar CSR. Pertama, wirausahaan, program yang sudah dijalankan adalah Wismilak Diplomat Success Challenge. Program CSR ini tahun lalu memenangkan penghargaan dari Majalah MIX untuk program kompetisi wirausaha, Diplomat Success Challenge (DSC) sebagai “The Best Creative Public Relations Program 2016”.
Pilar pertama ini menurut Edric, didasari dari komitmen Wismilak memajukan aset wirausaha Indonesia. Mengutip data tahun 2016, angka wirausaha Indonesia baru 1,65 persen dari total penduduk Indonesia. Padahal negara yang ekonominya lebih berkembang minimal memiliki populasi wirausaha sedikitnya 2 persen dari total jumlah penduduknya. “Tahun 2016 tepatnya 26 Oktober, Indonesia meraih peringkat EODB (East of doing business) berhasil naik 15 peringkat, artinya kondisinya lebih baik. Indikator negara yang ekonominya sudah maju, kemudahan doing bisnisnya menjadi salah satu yang penting,” katanya.
Kepedulian pada wirausaha ini dengan begitu kata Edric menjadi makin jelas untuk dilanjutkan dan menjadi komitmen Wismilak ke depan. Wismilak Diplomat Success Challenge digelar tiap tahun sejak 2010. Sejak 2010 total ada 18 ribu peserta yang mendaftar. “Ini program kompetisi, kami bukan hanya memberikan modal usaha disini, tapi juga menyediakan mentoring dan bimbingan usaha pada para peserta,” katanya.
Tahun 2016 Wismilak memperkenalkan Diplomat Entrepreneur Network, yang merupakan inisiasi para alumni program ini. “Pemenang program ini sangat beragam, sejak 2014 kami cenderung pemenangnya ke industri kreatif pemenangnya waktu itu pembuat Cajon. Lalu, tahun 2015 pembuat dron asli Indonesia untuk memetakan batas desa, lahan gambut dan mencek konstruksi di Indonesia,” tuturnya.
Tahun 2016 pemenang Wismilak Diplomat Success Challenge adalah Gazan Azka Ghafara yang memiliki usaha Zanana Chips, kripik pisang yang diproduksi sendiri. Kelahiran Bandung 1995 ini terpilih karena leadershipnya yang menonjol, berani mengambil keputusan dan berpotensi menjadi entrepreneur tangguh. Sebagai pemenang utama, Gazan memperoleh hadiah hibah modal Rp500 juta dari total hibah yang besarnya mencapai Rp2 miliar. Selain itu, semua pemenang juga mendapat bimbingan usaha dari tim Wismilak DSC.
Program kedua adalah program peduli olah raga. “Salah satu program kami yang terkenal adalah Wismilak Internasional, ini turnamen tenis internasional yang diselenggarakan di Indonesia. Memang sekarang sudah tidak diadakan lagi,” katanya. Meski sudah tidak diadakan lagi turnamen tenis tersebut, kepedulian Wismilak pada olah raga tetap tinggi dengan memberikan beasiswa tenis Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogja. Pada prinsipnya ke depan Wismilak mendukung pengembangan sarana dan prasarana olah raga. Di bidang olah raga, menurut Edric yang utama pembinaan bibit unggul dan meningkatkan sarana olah raga.
Ketiga, program peduli budaya. Ada banyak program yang sudah dijalankan di sini. Salah satunya event budaya di Yogya yang disponsori secara rutin oleh Wismilak yaitu Festival Gerobak Sapi. Ini merupakan event tahunan budaya dan pariwisata di Yogja yang tujuannya untuk menjaga warisan budaya Indonesia. “Acara ini dihadiri Sri Sultan Hamenkubuwono X. Gerobak sapi jaman dulu itu mahal, bahkan sekarang bisa ratusan juta rupiah. Di sana kita tahu bahwa driver gerobak sapinya disebut bajingan—bukan maksud kasar—ini merupakan budaya yang berkembang di sana,” jelasnya.
Keempat, peduli pendidikan. Salah satu yang mereka jalankan adalah dengan mengembangkan taman bacaan. Tahun lalu telah diresmikan taman bacaan di Surabaya oleh Tri Rismaharini. Ini merupakan kelanjutan dari bergabungnya Wismilak dalam Program Akseliterasi yang digagas walikota Surabaya itu. “Tujuannya untuk meningkatkan minat baca masyarakat kota Surabaya,” tambahnya. Sebenarnya sudah sejak 2013 upaya membangun taman bacaan sudah dilakukan oleh Wismilak untuk mendukung peningkatan budaya membaca itu. Selain di Surabaya, Wismilak juga membangun taman bacaan di Jawa Tengah dan Jakarta.
Tahun 2016, Wismilak juga memiliki gerakan #projectpassion dibawah nama program #PassionVille. Tujuan program ini, mengumpulkan orang-orang yang memiliki passion yang bisa berdampak positif pada lingkungannya. Program ini terutama ditujukan untuk anak muda usia 20-45 tahun. PassionVille #ProjectPassion merupakan proyek anak muda yang menyasar isu-isu sosial. Berangkat dari ketertarikan anak muda namun berdampak besar bagi masyarakat. Pemenang proyek tersebut akan dibiayai penuh oleh Wismilak.
Tahun lalu enam #projectpassion yang menjadi finalis adalah Project Bhumihara yang digagas Fadhila El Discha asal Jakarta mengenai pengelolaan sampah, Project Merupa Menjelma di Setiap Sudut Kota (Fandy Ragil, Surabaya) yaitu papan tulis besar sebagai solusi keindahan kampung, Project Voice for Changes (Abdullah Faqih dkk, Malang) yaitu audiobooks bagi penyandang tuna netra.
Pemenang program ini disebut The Most Inspiring #projectpassion, yang tahun 2016 diraih oleh Voice for Changes gagsan Abdullah Faqih dan kawan-kawannya. “Project ini berjalan berangkat dari kegeramannya pada membaca buku, hidup orang desa yang sudah kuliah S2 ini berubah setelah membaca buku Laskar Pelangi. Dia konsern pada tuna netra, karena buku huruf braille mahal harganya, makanya dibuatlah program itu,” ujar Edric.
Pilar kelima adalah peduli sosial. Wismalak melakukan berbagai gerakan peduli sosial. Mulai dari menanam pohon untuk menjaga kelestarian lingkungan. Juga ada program pemberdayaan pemulung. “Disamping itu kami secara cepat tanggap juga ketika terjadi bencana, memberikan bantuan pada mereka mengalami musibah,” katanya.
Dari lima pilar yang paling besar menyedot dana CSR Wismilak adalah pilar wirausaha itu, sekitar 50 persen. Disebut Edric, Wismilak mengeluarkan dana Rp 18 miliar per tahun untuk CSR. “Tahun ini kami tetap akan menempatkan porsi CSR untuk wirausaha lebih besar. Kami berharap para wirausahawan ini bisa menjadi agent of change negeri ini,” tegasnya.
Editor : Eva Martha Rahayu
Tinggalkan Balasan