Kolaborasi dunia usaha dengan Perguruan Tinggi (PT) untuk pemberdayaan ekonomi merupakan model pembangunan yang dapat menyentuh masyarakat bawah. Salah satu bentuk nyata yang bisa dilakukan dunia usaha bisa melalui program Corporate Social Responsibility (CSR).”Namun praktik dan implementasi CSR, khususnya di Indonesia masih bersifat parsial, belum holistik, sebagaimana  konsep CSR yang berkembang di berbagai negara, sehingga pembangunan ekonomi rakyat kecil tersendat,” tandas Dr Sugiharto SE MBA, mantan Menteri BUMN, Sabtu (21/6).Hal ini ia sampaikan dalam orasi ilmiah bertajuk ‘Peran Strategis CSR BUMN Dalam Pemberdayaan Masyarakat ; Studi Kasus CSR Pertamina (Persero)’ di Auditorium Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Acara ini berkaitan dengan Dies Natalis ke-3 FE UNY.

Orasi ilmiah diisi juga pertanggunjawaban Dekan FE UNY Dr Sugiharsono MSi. Turut hadir Rektor UNY Prof Dr H Rochmat Wahab MPd MA. Dies Natalis ke-3 FE UNY bertema ‘Memantapkan Ekonomi Kerakyatan dan Kewirausahaan Yang Berkarakter Menuju Indonesia Kreatif’.

Sugiharto mengatakan, praktik CSR di Indonesia seringkali dipahami secara keliru oleh perusahaan, sehingga pelaksanaannya tidak maksimal. CSR juga masih dipahami sebagai “community development program” dan sebagai biaya, sehingga dianggap merugikan keuangan perusahaan.

“Padahal konsep CSR merupakan program holistik yang memberi manfaat seluas-luasnya kepada perusahaan dan masyarakat. Program <I>integrated<P> CSR yang menyatu dengan program-program pembangunan secara berkelanjutan menjadi kebutuhan untuk kesejahteraan bersama,” tandas Sugiharto.

Kemitraan dengan PT, menurut Sugiharto juga penting dilakukan dalam peningkatkan kualitas CSR yang terserap dalam masyarakat. Program yang mengandeng PT akan semakin banyak manfaatnya, khususnya mengembangkan sumber daya manusia (SDM) unggul, sebagai generasi bangsa.