macyto-sensasi-baru-fVsWisata Kota Malang Sejak awal tahun ini Kota Malang memiliki dua bus tingkat untuk wisata keliling kota atau sightseeing bagi turis mancanegara, wisatawan lokal, maupun masyarakat umum. Bus ini dijuluki Macyto, singkatan dari Malang City Tour. Semilir angin kemarau terasa ramah menyapa eksotisme suasana Kota Malang. Sungguh sebuah sensasi tersendiri bagi wisatawan berkeliling kota pegunungan ini melintasi berbagai spot wisata heritage sambil menikmati angin sepoi-sepoi di atas bus tingkat dengan atap terbuka alias open air yang berjalan pelan.

Terlebih tanpa dipungut bayaran atau gratis. Bodi Macyto yang berdesain klasik didominasi warna hijau tua. Dua lampu utamanya bulat dengan grill lengkung membawa kita bernostalgia dengan bentuk depan bus-bus tempo doeloe. Khas gaya bus klasik di daratan Eropa. Suara mesin si bongsor ini terdengar begitu halus didukung sistem suspensi yang empuk.

Penumpang dimanjakan dengan perjalanan yang sangat nyaman. Bus double decker sumbangan PT Nikko Steel Jakarta lewat program corporate social responsibility (CSR) ini dibangun oleh karoseri PT Morodadi Prima Malang. Bagian atas dengan atap terbuka berkapasitas 20 penumpang. Di bagian bawah yang tertutup dan berpendingin udara juga berkapasitas 20 penumpang duduk. Kaca-kaca kabin di bagian bawah sengaja dibuat besar dan lebar agar pandangan dari dalam ke luar begitu leluasa.

Tempat duduk di bagian atas terbuat dari kayu. Modelnya mirip bangkubangku taman gaya klasik. Semua dilengkapi sabuk pengaman yang wajib dikenakan oleh para penumpang sepanjang perjalanan. Saat bus berjalan, tidak ada penumpang di dek atas yang boleh berdiri dengan alasan keselamatan. Menurut Akadianto, 54, pemandu wisata di Macyto, bus ini memulai perjalanannya dari halaman depan Balai Kota Malang dan finishjuga di Balai Kota dengan dua pilihan rute.

Rute pendek bertujuan untuk memberikan layanan kepada masyarakat Kota Malang yakni setiap hari Minggu pukul 09.00-12.00 WIB (lihat infografis). Setiap putaran rute pendek durasinya sekitar satu jam. Sementara itu, rute panjang berlaku Senin-Sabtu pukul 09.00-11.00 WIB dan pukul 14.00-16.00 WIB. Waktu tempuh satu putaran rute panjang sekitar dua jam.

Rute panjang ini disediakan untuk wisatawan karena melintasi berbagai titik transit, hotel, dan wisata andalan Kota Malang. ”Tamu dari luar daerah yang baru turun dari kereta api atau pesawat tinggal menunjukkan tiket untuk bisa naik Macyto. Kelompok wisatawan juga bisa memesan tempat di Macyto dengan mengajukan permohonan sebelumnya. Layanannya tetap gratis,” jelas Akadianto.

Satria, 25, wisatawan asal Jakarta yang baru pertama kali datang ke Kota Malang, mengaku mengetahui Macyto dari pihak hotel tempatnya menginap. ”Saya ditawari keliling kota naik bus tingkat wisata. Penasaran juga bagaimana rasanya. Ternyata asik sekali,” ungkap pria yang berkunjung ke Malang bersama sejumlah temannya ini. Namun, dia menyayangkan Macyto tidak berhenti di beberapa lokasi yang menarik untuk disinggahi seperti di Jalan Ijen dan Alun-alun Merdeka. Bus hanya melintasinya.

Sementara itu, Lusiana, 37, mengaku sengaja datang dari Kediri bersama keluarga hanya untuk merasakan sensasi naik Macyto. ”Anak-anak saya pertama naik di lantai atas. Girang sekali mereka,” tuturnya. Dia mengingatkan agar penumpang Macyto berhati-hati naik di lantai atas karena banyak kabel yang melintang di sepanjang jalan.

Tidak untuk Dikomersialkan

Wali Kota Malang, M Anton, menegaskan, Macyto tidak untuk dikomersialkan sehingga tidak ada layanan penyewaan. Bus ini hanya melayani wisata keliling kota gratis dengan rute yang sudah ditentukan. ”Yang berminat tinggal mengajukan permohonan. Tidak sulit. Dan tidak akan dibisniskan,” ujarnya.

Karena tujuannya untuk promosi wisata, promosi produk unggulan, dan melayani masyarakat, maka seluruh biaya operasionalnya dibebankan ke APBD. Dengan pertimbangan tersebut, Anton merasa saat ini belum saatnya ada badan usaha milik daerah (BUMD) yang ditunjuk sebagai pengelola.

Operasional Macyto melekat di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Malang. Anton mengaku sengaja menggandeng kalangan pengusaha untuk memberi partisipasi yang berarti dalam pengembangan pariwisata Kota Malang. Terlebih, Malang sudah sejak lama dikenal sebagai salah satu destinasi wisata terkemuka di Indonesia. ”Banyak perusahaan ingin memberikan CSR-nya. Tinggal bagaimana kita bisa mengelola dan memanfaatkannya untuk peningkatan ekonomi.

Salah satu yang kami gagas adalah bus wisata kota ini,” terangnya. Dia juga mengakui, selama ini penumpang Macyto lebih banyak masyarakat Kota Malang sendiri. Wisatawan tulen masih relatif minim. Meski begitu, Macyto sudah mulai populer di kalangan wisatawan domestik. Bahkan, banyak orang dari luar kota sengaja datang ke Malang hanya untuk merasakan sensasi keliling kota naik bus tingkat.

Menurut dia, PT Nikko Steel sudah menawarkan langsung lima armada bus untuk Macyto. Namun Pemerintah Kota Malang ingin melihat dulu perkembangan operasional dari dua armada yang sudah ada. Apabila waktunya dinilai sudah tepat, maka aka nada penambahan armada. Anton mendukung usulan agar Macyto berhenti di beberapa titik wisata potensial bahkan di sentra-sentra usaha kecil dan menengah (UKM) di Kota Malang.

Sementara itu, Ketua Program Studi Pariwisata dan Perhotelan, Pendidikan Vokasi, Universitas Brawijaya Malang, Ahmad Faidlal Rahman mengingatkan pentingnya seleksi calon penumpang yang lebih ketat agar mereka yang naik lebih banyak wisatawan ketimbang warga lokal. ”Seleksi calon penumpang itu penting. Ini kan terkait erat dengan tujuan keberadaan Macyto untuk meningkatkan kunjungan wisata di Kota Malang,” katanya.

Menurut dia, seleksi penumpang ini bisa bekerjasama dengan kalangan perhotelan, biro perjalanan, maupun pusat-pusat informasi wisata lainnya. Tamu hotel dari luar kota dan luar negeri bisa langsung mendapatkan tiket Macyto meski memang sebenarnya gratis. Sementara itu, bagi masyarakat lokal disediakan jadwal tersendiri untuk wisata keliling kota bersama Macyto. Faidlal juga menekankan pentingnya Macyto berhenti beberapa saat di titik-titik wisata unggulan Kota Malang.

Wisatawan akan lebih puas berekreasi, menikmati kuliner, berbelanja oleh-oleh maupun sekadar berfotofoto. Mungkin durasi perjalanan akan lebih lama namun hasil yang dicapai lebih optimal. Hal lain yang juga disoroti Faidlal adalah pentingnya pengetahuan dan wawasan pariwisata bagi para petugas operasional rutin Macyto yang berinteraksi langsung dengan penumpang.

”Bagaimana bersikap ramah, tersenyum, mengucap salam, berbincang, memberi informasi, melayani pertanyaan, dan lainnya. Intinya, supaya wisatawan terkesan kemudian merekomendasikan para kerabatnya untuk juga ikut merasakan sensasi wisata di Kota Malang,” jelas Faidlal.

Dia mengingatkan agar Pemerintah Kota Malang sebagai pengelola benarbenar memperhatikan pemeliharaan, perawatan, dan kebersihan Macyto. Supaya awet dan selalu dalam kondisi prima saat melayani wisatawan.

Yuswantoro