Social entrepreneurship atau kewirausahaan sosial perlu semakin didinamiskan, khususnya implementasinya di bidang pariwisata, dan lebih spesifik lagi di sektor wisata pedesaan. Di satu sisi, model kewirausahaan ini bisa dikatakan lebih membumi dalam konteks masyarakat pedesaan, dan di sisi lain, diperkirakan lebih efektif (tepat sasaran) dalam menerapkan prinsip dasar kepariwisataan berbasis masyarakat (community-based tourism / CBT).Entrepreneur menurut kamus Oxford dimaknai sebagai, “a person who undertakes an enterprise or business, with the chance of profit or loss.” Sementara itu, entrepreneur sendiri dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu business entrepreneur dan social entrepreneur. Perbedaan pokok keduanya utamanya terletak pada pemanfaatan keuntungan. Bagi business entrepreneur keuntungan yang diperloleh akan dimanfaatkan untuk ekspansi usaha, sedangkan bagi social entrepreneur keuntungan yang didapat (sebagian atau seluruhnya) diinvestasikan kembali untuk pemberdayaan “masyarakat berisiko.”
Tag: kewirausahaan sosial


Pos-pos Terbaru
- Kepanjangan CSR, Tujuan, Manfaat Serta Contohnya
- Mengembangkan Pemimpin Tanggung Jawab Sosial Melalui Pelatihan CSR Leader untuk Menciptakan Dampak Positif
- Pelatihan untuk CSR Perusahaan: Meningkatkan Kompetensi dan Dampak Sosial Perusahaan
- Dampak Positif CSR Pendidikan bagi Komunitas dan Masyarakat Luas
- Langkah-Langkah Penyusunan Program CSR untuk Keberlanjutan Bisnis
- Kontribusi CSR Perbankan dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Lokal
- Efektivitas Pelatihan ISO 26000 : Meningkatkan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Melalui Pelatihan ISO 26000
- Peran CSR Pertanian dalam Mendorong Keberlanjutan Pertanian: Solusi Inovatif untuk Masa Depan
- Dampak Positif CSR terhadap Pertumbuhan Bisnis Perusahaan