Pelatihan CSR | Jadwal Pelatihan CSR 2015
Mendengar kata Telkom jadi ingat telepon seluler? Internet? Telepon rumah? Cloud computing, data center serta aneka layanan modern ber
basis teknologi informasi lainnya? Rasanya itu semua betul adanya! Namun terbayangkah Anda, pernahkah kita tahu banyak, apabila Telkom pun ternyata menjadi induk utama dari hampir 10.000 siswa pada 31 TK dan playgroup, 1 SD, 1 SMP, 3 SMK pariwisata, dan 7 SMK Telkom? Angka sejumbo ini pun didapatkan dengan sebaran tak kalah hebat. Se
bab,ada 32 kota di Indonesia yang terbentang dari terbarat (Pematang Siantar, Sumut) hingga paling timur (Jayapura, Papua) yang menjadi lokasi sekolah dasar hingga atas tersebut.
Fakta inilah yang mungkin selama ini terlewati, namun melalui Yayasan Pendidikan Telkom (YPT) dan Yayasan Sandhykara Putra Telkom (YSPT), seluruh dedikasi pembangunan bangsa ini dilakukan.
Bahkan, bukan barang sebentar, bukan lagi hitungan tahun-tahunan. Untuk yang paling awal didirikan, yakni Taman Kanak-kanak, sudah berdiri di Buahbatu, Kota Bandung, serta Dayeuhkolot dan Rancaekek, Kabupaten Bandung, sejak tahun 1977 lalu. Alias telah eksis sejak 35 tahun silam.
PT Telekomunikasi Indonesia sejak tahun 1970-an, sejak belum ramai konsep corporate social responsibility ataupun good corporate citizen seperti diterapkan banyak perusahaan, sudah menyadari sekaligus melaksanakan hal tersebut.
Selain mendirikan TK di Kota dan Kabupaten tahun 1977 tadi, pada tahun 1979 terjadi pembagian pengelolaan sekolah-sekolah Persatuan Istri Karyawan (Periska) Postel, di mana 4 TK Aset Perum Pos dan Giro diserahkan ke Dharma Wanita Perum Pos & Giro.
Kemudian 9 TK dan 2 SD aset Perumtel diserahkan kepada Dharma Wanita Perum Telekomunikasi. Rintisan yang sudah demikian banyak ini akhirnya digenapkan dengan pendirian YSPT pada 17 Januari 1980 dengan Akte Notaris Masri Husen, S.H., Nomor 142 di Bandung.
Pendirinya kala itu adalah istri-istri karyawan aktif Perumtel kala itu. Mereka-lah yang punya energi besar berkontribusi mendidik, bukan hanya ke keluarganya masing-masing, namun juga kepada masyarakat Indonesia keseluruhan.
Para pendirinya antara lain Ny. Elisabeth Willy Moenandir, Ny. Zoraida Suyatno, Ny. Jiek Retno Adiarso, Ny. Sridadi Soemarno, Ny. Hj. Elly Idris Adjam (Alm), Ny. Soewasih Oka (Alm), Ny. Hafizah Hosen (Alm), dan banyak lagi.
Kala itu, pertimbangan pendirian sekolah karena sebagian besar karyawan PT.Telkom yang disebar ke daerah-daerah adalah karyawan yang masih berusia muda dan masih memiliki putra putra masih kecil dalam rentang usia taman kanak-kanak.
Karenanya, dengan dukungan perusahaan, para istri karyawan berinisiatif mendirikan taman kanak-kanak yang mereka kelola sendiri dan diperuntukan untuk putra-putrinya, jika kapasitasnya berlebih maka dapat dimanfaatkan juga oleh masyarakat sekitar yang membutuhkannya.
Berhubung kantor Telkom tersebar se-Indonesia, maka proses pendirian bisa dilakukan masif dan tersebar. Jika niat awalnya sederhana, dan berjalan demikian mengalir, maka seiring waktu gerak operasinya kian tajam.
Pendirian TK-TK segera berlangsung pesat di puluhan kota di Indonesia dalam 11 tahun keberadaannya. Tahun 1981 dilakukan penggantian sekolah aset Perumtel dari “Sekolah Periska Postel” menjadi “Sandhy Putra”, pembentukan perwakilan YSPT, dan TK Sandhy Putra Cibeureum berdiri.
Kemudian tahun 1983 berdiri TK Sandhy Putra Singaraja, tahun 1984 (TK Sandhy Putra Jambi), tahun 1985 (TK Sandhy Putra Magelang), tahun 1986 (TK Sandhy Putra Medan, Bogor, Pasuruan, dan Ende).
Selanjutnya tahun 1987 (TK Sandhy Putra Pekanbaru, Mojokerto, Palembang I, dan Palembang II), tahun 1988 (TK Sandhy Putra Pemantang Siantar, Bandar Lampung, dan Solo), dan tahun 1991 (TK Sandhy Putra Gorontalo dan Sumbawa).
Selepas tahun 1991, tak kenal lelah, TK lain didirikan, bahkan sudah merambah pula ke jenjang playgroup, SD, dan SMP.
TK Sandhy Putra Tanjung Pinang berdiri tahun 1993, TK Makassar (1994), TK Sandhy Putra Bengkulu dan Balikpapan (1995), TK Sandhy Putra Baturaja dan berdiri (1996).
Selanjutnya TK Sandhy Putra Banjarbaru dan Ternate dan SMP Telkom Bandung (1997), TK Sandhy Putra Jayapura dan SMA Sandhy Putra Bandung (1998), Playgroup Sandhy Putra Tarakan (2001), TK Sandhy Putra Batam (2002), dan SD Sandhy Putra Batam (2003).
Milestone kemudian terjadi manakala YSPT di tahun 1992 memutuskan pendirian sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan menyasar yang menjadi ranahnya yakni di bidang telekomunikasi serta bidang pariwisata.
Tahun 1992 itu, tak tanggung-tanggung, didirikan lima SMK sekaligus yakni SMK Telkom Sandhy Putra Medan, SMK Telkom Jakarta, SMK Pariwisata Sandhy Putra Medan, dan SMK Pariwisata Telkom Bandung.
Langkah ini berlanjut tahun 1996 dengan mendirikan SMK Pariwisata Sandhy Putra Makassar. Tahun 1999, SMK Telkom Malang dan SMK Telkom Sandhy Putra Banjarbaru didirikan. Tahun 2000, SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto juga eksis melayani masyarakat.
Paling bungsu adalah pendirian SMK Telkom Bandung pada tahun 2013 lalu dengan langsung meraih animo tinggi. Bahkan pendidikan diploma berbentuk akademi pun akhirnya didirikan, dengan diawali Akademi Akpar Sandhy Putra Bandung tahun 1993-1994. Kemudian tahun 2006 pada Akatel Sandhy Putra Purwokerto serta tahun 2007 Akatel Sandhy Putra Jakarta.
Profesionalime Telkom di Bidang Pendidikan
Sedari dulu hingga sekarang, bertindak sebagai pembina YSPT adalah direksi PT Telkom. Terakhir, yang duduk di posisi tersebut adalah Direktur Keuangan PT Telkom yakni Bapak Honesty Basyir (sebelum beralih menjadi Direktur Wholesale & International Services dalam RUPS 19 Desember 2014 lalu).
Selain itu, setelah melewati fase umumnya ketua adalah istri dari direksi PT Telkom eksisting pada saat itu, perubahan kemudian berlangsung di tahun 2010. Yakni ketika para pengurus tidak lagi dari keluarga direksi, namun mayoritas dari karyawan PT Telkom yang profesional di bidang pendidikan.
Pada era transformasi kepengurusan ini, sesuai dengan SKEP-03/SKR/DP-YSPT/VII/2010 Tanggal 21 Juli 2010, Ketua YSPT diemban karyawan senior PT Telkom yang sudah lama berkecimpung di dunia pendidikan, M. Ade Sulchi (hingga 31 Desember 2012).
Inilah bukti bahwa PT Telkom bukan sekedar seadanya, namun mengelola benar-benar ranah pendidikan, sehingga hasilnya bisa optimal terutama di bidang telekomunikasi.
Hasilnya terlihat misal dari total siswa yang diterima setiap tahunnya hampir 4.000 siswa, maka beberapa sekolah (terutama SMK) sudah menjadi sekolah favorit yang pendaftarnya melampaui kuota tersedia.
Misalnya pada penerimaan siswa tahun 2013, dimana pendaftar SMK Telkom Sandhy Putra Malang mencapai 1.046 orang namun yang diterima 334 orang (animo 313%), SMK Telkom Sandhy Putra Purwekerto 665 pendaftar diterima 300 (animo 221%), dst.
Total animo keseluruhan tahun 2013 mencapai 133,64% alias peminat selalu di atas kursi tersedia baik di TK, SD, SMP, SMA, sehingga kualitas pendidikan yang dihadirkan YSPT memikat banyak masyarakat Indonesia.
Adapun jumlah total siswa aktifnya sama di tahun 2011 dan 2012 yakni 9.311 orang dan tahun 2013 berjumlah 9.514 orang, dengan kontribusi terbesar berasal dari tingkat taman kanak-kanak dengan kisaran tiap tahun sebesar 2.100 siswa.
Kepercayaan sebesar itu ditimpali dengan kompetensi sekolah. Misalnya hingga tahun 2013 lalu, dari 690 guru di lingkungan YSPT, 30% diantaranya sudah mengantongi sertifikasi guru sebagaimana diwajibkan Departemen Pendidikan Nasional.
Jumlah pengajar ini ditunjang jumlah tenaga penunjang akademik (TPA) hingga akhir tahun 2013 berjumlah 253 orang di seluruh Indonesia, atau terus naik dari tahun sebelumnya, sehingga pelayanan ke siswa otomatis membaik.
Terakhir, ada upaya penguatan kualitas pendidikan di bawah YSPT dengan peresmian Telkom Schools di Aula SMK Telkom Jakarta di Jl. Daan Mogot Km. 11 Jakarta pada Kamis, 23 Januari 2014.
Unit pendidikan terpilih yang sebelumnya menggunakan brand “Sandhy Putra”, berubah menjadi “Telkom Schools” dengan peresmian disaksikan Dirjen Pendidikan Menengah Kemendikbud Prof. Dr. Ir. Achmad Jazidie.
Tujuan rebranding ini adalah membangun semangat dan citra baru sekolah dalam mengikuti perkembangan saat ini, sekaligus menciptakan layanan pendidikan terintegrasi, mulai pendidikan anak usia dini hingga pendidikan vokasional berkualitas sebagai perwujudan konsep One Pipe Education System (OPES).
Peresmian Telkom School ini diproyeksikan menjadi pengungkit awal implementasi konsep one pipe education system (OPES), satu kawasan terdiri dari TK, SD, SMP, dan SMA/SMK, yang akan dikembangkan di 7 Technoplex di seluruh kawasan hingga 2017 nanti.
Di daerah Barat Indonesia diwakili Kota Medan dan Batam, daerah Tengah (Kota Jakarta, Bandung, dan Purwokerto), serta daerah Timur (Kota Makassar dan Manado). Cikal bakal antara lain Jakarta Technoplex telah memiliki SMK Telkom dan Akademi Telkom.
Maka, setelah semua data dan fakta di atas, boleh jadi impresi positif Anda tentang Telkom tak melulu soal teknologi informasi komunikasi. Namun juga tentang pengelolaan pendidikan dasar menengah yang profesional.
Tinggalkan Balasan